6 strategi yang digunakan guru untuk membantu anak-anak belajar dan berpikir secara berbeda
Guru anak Anda mungkin menggunakan berbagai strategi pengajaran di kelas mereka. Tapi apakah strategi ini membantu anak-anak yang belajar dan berpikir secara berbeda?
baca juga : les utbk terdekat
Tidak ada satu cara bagi guru untuk menyampaikan instruksi kepada siswa mereka. Namun, beberapa strategi didukung oleh penelitian dan lebih efektif daripada yang lain.
Pendekatan dan teknik ini dapat bermanfaat bagi semua siswa. Tapi mereka sangat membantu anak-anak yang belajar dan berpikir secara berbeda. Mereka dapat membuat perbedaan besar dalam seberapa baik siswa berjuang menerima dan bekerja dengan informasi.
Anda mungkin pernah mendengar tentang satu atau lebih strategi ini dari guru kelas atau pendidikan khusus anak Anda. Jika tidak, Anda dapat bertanya kepada guru apakah mereka menggunakan strategi tersebut dan bagaimana Anda dapat menyesuaikannya untuk digunakan di rumah.
Berikut adalah enam strategi pengajaran umum. Pelajari lebih lanjut tentang siapa mereka dan bagaimana mereka dapat membantu anak-anak yang belajar dan berpikir secara berbeda.
1. Waktu tunggu
"Waktu tunggu" (atau "waktu berpikir") adalah jeda tiga hingga tujuh detik setelah seorang guru mengatakan sesuatu atau mengajukan pertanyaan. Alih-alih memanggil siswa pertama yang mengangkat tangan, guru akan berhenti dan menunggu.
Strategi ini dapat membantu dengan masalah-masalah berikut:
Kecepatan pemrosesan lambat: Untuk anak-anak yang memproses dengan lambat, pertanyaan guru mungkin terasa seolah-olah datang dengan sangat cepat. "Waktu tunggu" memungkinkan anak-anak untuk memahami apa yang diminta guru dan memikirkan tanggapannya.
baca juga : bimbel masuk ptn
ADHD: Anak-anak dengan ADHD bisa mendapatkan keuntungan dari waktu tunggu karena alasan yang sama. Mereka memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir daripada menyebutkan jawaban pertama yang muncul di benak mereka.
2. Instruksi multisensori
Instruksi multisensori adalah cara mengajar yang melibatkan lebih dari satu indera pada satu waktu. Seorang guru dapat membantu anak-anak mempelajari informasi menggunakan sentuhan, gerakan, penglihatan dan pendengaran.
Cara mengajar ini dapat membantu dengan masalah-masalah ini:
Disleksia: Banyak program untuk pembaca yang kesulitan menggunakan strategi multisensori. Guru mungkin meminta siswa menggunakan jari mereka untuk mengeluarkan setiap bunyi dalam sebuah kata, misalnya. Atau siswa mungkin menggambar kata di udara menggunakan lengan mereka.
Diskalkulia: Instruksi multisensori juga membantu dalam matematika. Guru sering menggunakan alat praktis seperti balok dan gambar. Alat-alat ini membantu anak-anak untuk “melihat” konsep matematika. Penjumlahan 2 + 2 lebih konkret jika Anda menggabungkan empat balok di depan Anda. Anda mungkin mendengar guru menyebut alat ini sebagai manipulatif.
baca juga : bimbel utbk
Dysgraphia: Guru juga menggunakan instruksi multisensor untuk perjuangan tulisan tangan. Misalnya, siswa menggunakan indra peraba ketika mereka menulis di atas kertas “bergelombang”.
ADHD: Instruksi multisensor dapat membantu dengan berbagai gejala ADHD. Itu terutama benar jika tekniknya melibatkan gerakan. Mampu bergerak dapat membantu anak-anak membakar energi berlebih. Gerakan juga dapat membantu anak-anak fokus dan menyimpan informasi baru.
3. Pemodelan
Kebanyakan anak tidak belajar hanya dengan diberi tahu apa yang harus
dilakukan. Guru menggunakan strategi yang disebut "Saya Lakukan, Kami
Lakukan, Anda Lakukan" untuk mencontohkan keterampilan. Guru akan
menunjukkan cara melakukan sesuatu (“I do”), seperti cara mengerjakan soal
matematika. Selanjutnya guru akan mengajak anak untuk mengerjakan soal bersama guru (“we do”). Kemudian, anak-anak akan mencoba soal matematika sendiri (“kamu bisa”). Strategi ini dapat membantu dengan masalah ini: Semua perbedaan.
pembelajaran dan pemikiran: Jika digunakan dengan benar, Saya Lakukan, Kami
Lakukan, Anda Lakukan dapat bermanfaat bagi semua pelajar. Itu karena seorang
guru dapat memberikan dukungan selama setiap fase. Namun, guru harus tahu
dukungan apa yang harus diberikan. Mereka juga perlu mengetahui kapan siswa
memahami suatu konsep dengan cukup baik untuk dikerjakan sendiri. Anggap saja seperti mengendarai sepeda: Guru perlu tahu kapan harus melepas roda latihan.
baca juga : bimbel sbmptn
Komentar
Posting Komentar